Industri game di Indonesia diguncang dengan pengakuan salah satu mantan pegawai Brandoville Studios, studio seni dalam negeri yang memiliki andil dalam pembuatan game-game AAA. Mantan pegawai tersebut mengungkap banyaknya perlakuan yang melanggar HAM saat bekerja di sana.
Masalah yang terjadi di dalam lingkungan Brandoville Studios mulai terlihat setelah unggahan kanal YouTube People Make Games berjudul How Game Publishers Buy Crunch Overseas beberapa tahun lalu. Singkatnya, video tersebut mengungkap bagaimana studio pengembang game AAA melakukan praktik crunching dengan menyewa jasa perusahaan dari luar atau outsourcing. Dalam kasus ini, perusahaan tersebut adalah Brandoville Studios.
Semakin mengungkap keburukan Brandoville Studios adalah situs review tempat bekerja, Glassdoor, di mana banyak mantan pegawai yang menyebutkan jam kerja lembur yang tidak dibayar, sikap manipulatif dari istri sang pemilik studio, hingga gaji yang jauh di bawah UMR daerah studio tersebut.
Semuanya terbuka lebar pada bulan September 2024 ketika mantan karyawan Brandoville Studios mengunggah sebuah dokumen Canva yang berjudul Abuse And Mistreatment By Cherry Lai, menguak hal-hal yang terjadi di balik layar di Brandoville Studios, yakni perlakuan dari Cherry Lai, istri dari Ken Lai selaku pendiri studio tersebut.

Banyak perlakuan buruk yang dilakukan Cherry Lai, beberapa yang disebutkan dalam dokumen tersebut adalah meminta karyawan menampar diri mereka sendiri dengan bukti rekaman dan dikirim via WhatsApp, pemecatan karyawan yang melanggar undang-undang, jam kerja yang tidak masuk akal, pelecehan verbal, hingga dipermalukan di tempat umum.
Brandoville Studios memang sudah menutup pintu mereka sejak bulan Agustus lalu, namun Ken Lai dan Cherry Lai kembali mendirikan studio baru yang bernama Lailai Studios. Tentu saja, unggahan media sosial studio baru ini mendapat komentar pedas dari netizen Indonesia atas perlakuan mereka terhadap para pekerja Brandoville Studios.
Discussion about this post